Ticker

6/recent/ticker-posts

RS Bunda Wadung Asri Tak Mengindahkan Panggilan DPRD Sidoarjo

Gambar: Istimewa | Informasi: Saartop

ICOMA TV - Komisi D DPRD Kabupaten Sidoarjo menggelar rapat dengar pendapat (Hearing) bersama keluarga pasien RS Bunda didampingi Kepala Desa Pranti Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Eko Purnomo, Dinas Kesehatan dan Ketua IDI Kabupaten Sidoarjo, dr. Nugroho di Ruang Rapat DPRD Kabupaten Sidoarjo. Sementara Pihak RS Bunda Waru yang absen dari rapat tersebut, rencananya akan dilakukan pemanggilan ulang.

Dalam rapat tersebut, pihak keluarga pasien mengeluhkan terkait lambannya penanganan RS hingga menyebabkan keluarga pasien meninggal dunia. Bahkan, pihak keluarga sampai saat ini masih menunggu klarifikasi  dan iktikad baik dari pihak RS atas kejadian tersebut.

“Sampai saat ini, pihak RS belum ada klarifikasi terkait itu (lambannya penanganan medis),” ucap Sri Utami, Rabu, (12/4/2023)

Sri Utami menceritakan, pada Rabu, (8/3/2023) sekira pukul 23.15, Sri Utami  membawa orang tuanya; Teguh (67) ke RS Bunda Waru, Sidoarjo. Saat itu, ayahnya tiba-tiba mengalami rasa sakit luar biasa dibagian perut dan pinggang belakang usai mengkonsumsi kopi. Menurutnya, ayahnya tersebut tidak  menyadari jika dirinya meminum kopi setelah mengkonsumsi obat. “Setelahnya itu, ayah merasa mual, muntah sampai drop. Akhirnya terpaksa kami larikan ke RS,” ungkapnya.

Sesampainya di UGD, Sri Utami yang tengah tergopoh-gopoh dengan kondisi ayahnya tersebut tidak diperkenankan masuk ke ruang UGD, alasannya pasien harus didaftarkan terlebih dahulu. Dengan rasa panik, Sri Utami kemudian bergegas menuju ke loket pendaftaran. Meski saat itu petugas loket sedang istirahat, dia tetap memaklumi mengingat saat itu sedang larut malam.  Sementara ayahnya tetap diluar (ruang observasi) bersama Adik Sri Utami.

Setelah dilakukan pendaftaran, Sri Utami diminta untuk menukarkan resep di apotik RS. Kemudian obat Ralfate dan Lanso Prazole tersebut diberikan kepada dr. Ulin. Kemudian pasien disuntik dibagian tangan sebelah kanan.

“Jadi ayah saya itu disuntik di ruang observasi, bukan didalam ruang UGD. Padahal saya lihat ruangannya kosong. Setelah disuntik, dokter Ulin bilang kalau pasien boleh dibawa pulang. Masa kondisi bapak seperti ini disuruh pulang dok, katanya, lalu dijawab ‘Iya nggak apa- apa bu sambil rawat jalan. Tapi kalau ibu mau tunggu disini enggak apa-apa, sambil menunggu pasien agak tenang,’. Ucap dokter kepadanya.

Selang beberapa menit kemudian tepatnya pukul 00.40 Wib, Sri Utami yang tengah menunggu tersebut mendapati ayahnya sudah gagal nafas. Saya gerak-gerakin tangannya, saya pegang urat nadi nya juga gak bergerak. Bahkan adik saya juga memegang pipi ayah juga tak bergerak,” jelasnya.

Mendapati kondisi itu, dia pun bergegas memanggil dokter. Dengan tergopoh-gopoh dokter akhirnya membawa pasien masuk ke ruang UGD, dan dilakukan pemeriksaan. “Bak nasi sudah menjadi bubur” Pasien akhirnya  dinyatakan meninggal dunia.

“Kami menyayangkan, kenapa sejak kami datang kok tidak langsung ditangani dengan baik. Padahal kami sudah menjelaskan bahwa ayah kami sedang keracunan kopi setelah meminum obat. Tapi sampai di RS tidak diberikan layanan yang baik. Infus pun tidak ada, di cek laboratorium juga tidak ada,” tegasnya.

Kabid Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, dr. Danang mengungkapkan, pihaknya sebelumnya meminta klarifikasi dari RS terkait keluhan keluarga pasien tersebut. Dari hasil klarifikasi RS Bunda pasca kejadian tersebut, pihak RS mengaku sudah melaksanakan pemeriksaan layanan sesuai prosedur yang ada.

“Sebagai pemerintah, kami juga kroschek langsung terutama kelayakan petugas atau dokternya, apakah dia mempunyai surat kelayakan atau tidak. Dan informasinya dia sudah mempunyai kompetensi di IGD. Termasuk kita tanyakan standarisasi rumah sakit,” jelas dr. Danang saat rapat.

Berdasarkan informasi dari sakit juga, lanjut dr. Danang, yang menjadi pemicu permasalahan tersebut adalah persoalan administrasi. Konon, pihak RS. melakukan tagihan kepada pasien di saat keluarga pasien masih dalam suasana berduka dan itu sering sekali terjadi oleh pasien pasien lain.

“Klarifikasi RS. Petugas yang melakukan penagihan tersebut merupakan petugas yang baru. Jadi bisa dikatakan tidak mengetahui secara pasti,” ungkapnya.

“Nanti habis ini kita terbitkan surat peringatan kepada RS Bunda agar meningkatkan Indeks Nasional Mutunya.  Setidaknya ada 80 persen, ini masih dibawahnya,” tegasnya.

Dari hasil pertemuan tersebut, Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo, Abdillah Nasikh menyimpulkan bahwa ada beberapa saran yang harus dilakukan pihak RS untuk kedepannya. Pertama menjalin komunikasi yang lebih baik kepada keluarga pasien.

“Minimal sowan-lah atau silaturahim kepada keluarga pasien. Jangan ujug-ujug minta tagihan dan sebagainya. Setidaknya kita kedepankan kemanusiaan,” jelas Abdillah Nasikh.

Disisi yang lain, pihaknya juga menyarankan agar pihak RS memperbaiki mutu layanan kepada pasien. Sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi kembali dikemudian hari.(abie_boy)